Wikipedia

Hasil penelusuran

Selasa, 09 Agustus 2016

Keperawatan Medis: Pelaku pengedar vaksin palsu, Daftar rumah sakit p...

Keperawatan Medis: Pelaku pengedar vaksin palsu, Daftar rumah sakit p...: Ternyata, vaksin asli itu ketika dilarutkan warnanya agak keruh... Berikut penjelasan si pelaku... Ingin taukah anda apa perbedaan vaks...

Pelaku pengedar vaksin palsu, Daftar rumah sakit pengguna, hukuman apa bagi pengedar, keinginan orang tua korban VAKSIN PALSU..



Ternyata, vaksin asli itu ketika dilarutkan warnanya agak keruh... Berikut penjelasan si pelaku...
Ingin taukah anda apa perbedaan vaksin palsu dengan vaksin asli...??? Berikut cuplikannya...
https://youtu.be/UQILhvhJvXM


Ini wajah si pelaku pembuat vaksin palsu...


Ini rumah besarnya..



Ini kendaraannya..
Temukan 36 Dus Vaksin Palsu di Rumah Mewah Pasutri, Polisi Juga Sita Mobil

















Badan Reserse Kriminal Polri segera membentuk satuan tugas penanganan vaksin palsu. Menurut Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Brigadir Jenderal Agung Setya, pihaknya akan menggelar rapat dengan satgas tersebut pada Rabu, 29 Juni 2016.

Agung mengatakan satgas yang dibentuk terdiri atas unsur Bareskrim, Kementerian Kesehatan, serta Badan Pengawas Obat dan Makanan. Satgas akan bekerja secepatnya setelah rapat koordinasi. "Besok akan rapat khusus dengan satgas, pelaksanaan tugasnya akan kerja sama dengan stakeholder kesehatan," kata Agung di kantornya, Selasa, 28 Juni 2016.

Agung menambahkan, satgas yang dibentuk akan berfokus terhadap persoalan vaksin palsu. Hal ini berkaitan dengan penegakan hukum karena sudah masuk ranah pidana. Akan dilakukan pula pemeriksaan laboratorium terhadap vaksin palsu yang ditemukan.

 Identifikasi terhadap sebaran vaksin palsu juga akan dilakukan. Ada lima daerah dari hasil penyidikan kepolisian yang diduga menyebarkan vaksin palsu, yaitu Jakarta, Banten, Jawa Barat, Semarang, dan Medan.

Satgas yang dibentuk akan bekerja sama dengan para penyidik dari kepolisian resor hingga daerah untuk menyisir potensi peredaran vaksin palsu di daerah-daerah lainnya. "Kami akan mengenolkan vaksin palsu. Ini targetnya," ucap Agung.

Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Maura Linda Sitanggang mengatakan satgas akan bergerak ke titik-titik yang dicurigai terdapat vaksin palsu.

Daftar Instansi Rumah Sakit Pengguna Vaksin Palsu

Menteri Kesehatan Nila Moeloek melakukan rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi IX DPR hari ini. Dalam kesempatan itu ia membeberkan 14 nama rumah sakit yang menggunakan vaksin palsu.
Nila mengatakan, pihaknya menyebut nama-nama rumah sakit tersebut setelah sebelumnya melakukan koordinasi dengan pihak Bareskrim Polri.
"Pengungkapan 14 fasyankes (fasilitas dan layanan kesehatan) ini sudah disepakati dengan Bareskrim Polri," kata Nila di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (14/7/2016).
Berikut 14 rumah sakit yang menggunakan vaksi palsu:
1. DR Sander, Cikarang;
2. Bhakti Husada, Terminal Cikarang;
3. Sentral Medika, Jalan Industri Pasir Gombong;
4. RSIA Puspa Husada;
5. Karya Medika, Tambun;
6. Kartika Husada, Jalan MT Haryono Setu, Bekasi;
7. Sayang Bunda, Pondok Ungu, Bekasi;
8. Multazam, Bekasi;
9. Permata, Bekasi;
10. RSIA Gizar, Villa Mutiara Cikarang;
11. Harapan Bunda, Kramat Jati, Jakarta Timur;
12. Elisabeth, Narogong, Bekasi;
13. Hosana, Lippo Cikarang;
14. Hosana, Bekasi, Jalan Pramuka.

Hukuman apa yang setimpal bagi mereka pengedar vaksin palsu???
Daftar rumah sakit yang menggunakan vaksin palsu sekitar 14 instansi rumah sakit. Selama 13 tahun sudah beroperasi, ada berapa juta anak yang tidak mendapatkan imunisasi yang tidak layak. Bahkan mungkin sudah ada yang berujung kematian tanpa disadari sama sekali. Kebanyakan mereka orang tua menuntut hukuman mati bagi mereka para pengedar vaksin palsu tersebut. mereka hanya mementingkan diri sendiri, meraih keuntungan yang besar, ada dokter dan perawat yang tersangkut didalamnya.

Keinginan orang tua korban vaksin ialah seperti dilansir di RS. Harapan Bunda Jakarta, adanya pertanggungjawaban pihak rumah sakit terkait kasus ini. Dan meminta pihak-pihak terkait untuk memberikan jaminan kesehatan berupa asuransi kesehatan sebagai pertanggung jawaban terhadap kelalaian pihak rumah sakit.
Menteri Kesehatan Prof.Dr.dr. Nila Djuwita F.Moeloek SpM (K) mengatakan, akan ada pemberian vaksin ulang kepada mereka yang menjadi korban vaksin palsu. Dan berkoordinasi dengan seluruh fasyankes, tentang pemberian imunisasi dasar tersebut serta selalu cek keaslian setiap vaksin ketika hendak diberikan pada anak. Dan menteri kesehatan menghimbau, tidak perlu takut tentang vaksin palsu tersebut, karena sudah di periksa oleh BPOM tidak menimbulkan bahaya yang mengancam, ungkapnya.

Senin, 08 Agustus 2016

Bisakah ahli medis membaca pikiran pasien disaat koma...????

Koma (dari Bahasa Yunani yang berarti "tidur nyenyak") dalam dunia kedokteran, adalah suatu kondisi hilang sadar yang sangat dalam. Pasien koma tidak dapat dibangunkan, tidak memberikan respons normal terhadap rasa sakit atau rangsangan cahaya, tidak memiliki siklus tidur-bangun, dan tidak dapat melakukan tindakan sukarela. Koma dapat timbul karena berbagai kondisi, termasuk keracunan, keabnormalan metabolik, penyakit sistem saraf pusat, serta luka neorologis akut seperti stroke dan hipoksia, gegar otak karena kecelakaan berat terkena kepala dan terjadi pendarahaan di dalam tempurung kepala. Koma juga dapat secara sengaja ditimbulkan oleh agen farmasentika untuk mempertahankan fungsi otak setelah timbulnya trauma otak lain.

Taukahhhh anda??? Pasien bisa merasa ketika kehilangan kesadaran, tetapi susah untuk mengungkapkan..

Ribuan pasien terperangkap dalam keadaan vegetatif antara hidup dan mati. Tiga orang ilmuwan sedang bekerja untuk membebaskan mereka, seperti dilaporkan Roger Highfield.
"Bayangkan saja, Anda terbangun, tapi terkunci di dalam kotak," kata Adrian Owen.
"Kotaknya pas ukurannya, sampai ke jari tangan dan jari kaki. Ini kotak yang aneh karena Anda bisa mendengar semua yang ada di sekeliling Anda, tetapi suara Anda tidak bisa terdengar. Malah kotak ini begitu pas di wajah dan bibir Anda sehingga Anda tidak dapat berbicara, atau menimbulkan suara."
"Mula-mula, ini rasanya seperti permainan. Lalu Anda mulai sadar. Anda dengar dan melihat keluarga Anda meratapi nasib Anda. Anda merasa kedinginan, lalu kepanasan. Anda selalu merasa haus. Teman dan keluarga mulai jarang menengok. Pasangan Anda meninggalkan Anda. Dan tak ada satu hal pun yang bisa Anda lakukan," kata Owen.
Owen dan saya sedang berbicara di Skype. Saya berada di London, Inggris, dan dia berada di London lain yang letaknya lima ribu enam ratus kilometer, di Universitas Western Ontario, Kanada.
Rambut Owen yang kemerah-merahan dan janggut yang dipotong pendek terlihat besar di layar saya, saat ia dengan bersemangat menggambarkan penderitaan mereka yang tak bisa bersuara: para pasiennya.
Orang-orang yang berada dalam "keadaan vegetatif" memang bangun terjaga tapi tidak sadar. Mata mereka bisa terbuka dan kadang-kadang melihat ke mana-mana. Mereka dapat tersenyum, memegang tangan orang lain, menangis, mengerang atau mendengus.
Tetapi mereka tidak peduli dengan tepukan tangan, tidak dapat melihat atau memahami pembicaraan. Gerakan mereka tidak bermakna tapi sekadar reflektif.
Mereka kelihatannya tidak lagi memiliki ingatan, emosi dan tujuan, atau hal-hal yang membuat kita semua menjadi satu individu.
Benak mereka tetap tertutup rapat. Walau ketika kelopak mata berkedip terbuka, kita selalu bertanya-tanya apakah di balik itu ada kesadaran.
Satu dasawarsa yang lalu, jawabannya pasti suram dan jelas tidak ada. Tidak lagi ada.
Namun dengan menggunakan pemindai otak, Owen menemukan sejumlah orang yang terperangkap dalam tubuh mereka dapat berpikir dan merasa sampai ke tingkat tertentu.
Jumlah pasien yang mengalami gangguan kesadaran meningkat besar dalam dasawarsa terakhir ini, ironisnya karena dokter sudah makin pandai menyelamatkan pasien yang mengalami luka-luka berat.
Dewasa ini, mereka yang mengalami benak yang terperangkap, rusak dan menurun dayanya, menjadi penghuni banyak klinik dan rumah pengasuhan di seluruh dunia.
Di Eropa saja jumlah kasus koma diperkirakan mencapai 230.000 per tahun, dan 30.000 dari angka itu akan tetap hidup merana dalam keadaan vegetatif permanen.
Mereka menjadi artefak paling tragis dan mahal dari perawatan intensif modern. Owen sangat paham tentang hal ini.
Pada tahun 1997, seorang teman dekatnya berangkat kerja seperti biasa naik sepeda. Anne (bukan nama sebenarnya) memiliki satu titik lemah di pembuluh darah di kepalanya, yang dikenal juga sebagai aneurisma otak. Baru lima menit mengayuh sepeda, aneurismanya pecah dan ia menabrak pohon.
Ia tidak pernah sadar lagi.
Tragedi ini membuat Owen terbungkam, namun kecelakaan yang dialami Anne ini membentuk sisa hidupnya.
Ia mulai bertanya-tanya apakah ada cara untuk menentukan mana dari pasiennya yang berada dalam keadaan koma dan tak sadar, mana yang tidak sadar dan mana yang di tengah-tengah?
Tahun itu, dia pindah ke Unit Kognisi dan Otak di Dewan Riset Medis di Cambridge, tempat para peneliti menggunakan berbagai macam teknik pemindaian.
Salah satu tekniknya, yaitu positron emission tomography (PET), menyoroti berbagai macam proses metabolisme di otak, seperti penggunaan oksigen dan gula.
Teknik lainnya, yang dikenal sebagai functional magnetic resonance imaging (FMRI), dapat mengungkapkan pusat-pusat yang aktif di otak dengan mendeteksi hentakan kecil dalam aliran darah yang terjadi ketika pikiran menderu.
Owen bertanya-tanya apakah dia dapat menggunakan teknik-teknik ini untuk menjangkau para pasiennya, seperti temannya, yang terperangkap di antara kepekaan dan kehampaan.

Keputusan dengan sadar 
Setengah abad lalu, jika jantung Anda berhenti berdenyut, Anda dapat dinyatakan meninggal meskipun Anda mungkin sepenuhnya sadar ketika dokter mengirim Anda ke kamar mayat.
Hal ini mungkin dapat menjelaskan cerita-cerita buruk sepanjang sejarah mengenai mereka yang "bangkit dari kematian". Yang terakhir pada tahun 2011, dewan kota di Provinsi Malatya di Turki tengah mengumumkan mendirikan kamar mayat dengan sistem peringatan dan pintu ruang pendingin yang dapat dibuka dari dalam.
Masalahnya adalah definisi ilmiah dari "kematian" tetap tak bisa dipecahkan sama halnya seperti definisi "kesadaran". Hidup tidak lagi dikaitkan dengan memiliki jantung yang berdenyut, kata Owen.
Jika saya memiliki jantung buatan, apakah artinya saya mati? Jika saya menggunakan mesin pendukung hidup, apakah artinya saya mati? Apakah ketidakmampuan memelihara hidup secara mandiri merupakan definisi yang cukup masuk akal untuk kematian?
Tidak, karena jika begitu maka kita semua akan "mati" dalam masa sembilan bulan sebelum dilahirkan.
Isu ini menjadi makin menjadi pelik ketika kita memikirkan mereka yang terperangkap di dunia yang temaram antara kehidupan normal dan kematian, dari mereka yang masuk ke ketidaksadaran dan terbangunkan, yang terperangkap dalam "keadaan sadar secara minimal", sampai mereka yang "rusak" parah dalam keadaan vegetatif atau koma.
Pasien-pasien ini pertama kali muncul setelah dikembangkannya alat pernapasan buatan di tahun 1950-an di Denmark, sebuah penemuan yang mendefinisikan kembali akhir masa kehidupan dalam ide mengenai kematian otak dan menciptakan bidang khusus perawatan intensif.
Di sana, pasien yang tidak dapat memberikan respons dan yang berada dalam koma yang kelihatannya tidak akan bisa bangkit lagi dianggap sebagai vegetables (sayuran) atau jellyfish (ubur-ubur).
Seperti biasanya ketika mengobati pasien, definisi merupakan hal penting: pemahaman mengenai kemungkinan sembuh, manfaat perawatan dan lain-lain semuanya tergantung pada diagnosis yang tepat.
Pada tahun 1960-an, neurolog Fred Plum di New York dan ahli bedah saraf Bryan Jennett di Glasgow melakukan pekerjaan perintis untuk memahami dan mengkategorikan gangguan-gangguan kesadaran.
Plum menciptakan istilah "locked-in syndrome", di mana pasien dalam keadaan terjaga tetapi tidak dapat bergerak atau berbicara.
Dengan Plum, Jennett menyusun Skala Koma Glasgow untuk menilai kedalaman koma, dan Jennett kemudian menyusun juga Skala Hasil Glasgow untuk mengukur tingkat pemulihan, dari kematian sampai cacat ringan.
Mereka bersama-sama mengesahkan istilah "keadaan vegetatif terus menerus" untuk para pasien yang, menurut mereka, "memiliki masa-masa terbangun ketika mata mereka terbuka dan bergerak, daya tanggap mereka terbatas pada gerakan anggota tubuh postural dan refleks primitif, dan mereka tidak pernah bicara".
Pada tahun 2002, Jennett termasuk dalam kelompok neurolog yang memilih istilah "sadar secara minimal" untuk menggambarkan mereka yang kadang-kadang terbangun dan yang setengah terbangun, yang menunjukkan tanda-tanda kesadaran tak menentu sehingga satu saat mereka dapat mengikuti instruksi yang sederhana dan waktu lainnya tidak bisa.
Bahkan sampai hari ini pun, kita masih saja beragumentasi mengenai siapa yang sadar dan siapa yang tidak.

Pindaian pengungkap informasi 
Kate Bainbridge, seorang guru sekolah berusia 26 tahun, jatuh koma tiga hari setelah ia menderita penyakit yang mirip dengan flu.
Otaknya terkena radang, bersama juga dengan bagian atas unsur primitif tulang belakang, yaitu batang otak, yang mengatur siklus tidur.
Beberapa minggu setelah infeksinya sembuh, Kate terjaga dari koma tapi didiagnosis sebagai berada dalam keadaan vegetatif.
Untungnya, dokter perawatan intensif yang bertanggung jawab atas dirinya, David Menon, juga merupakan Kepala Peneliti di Wolfson Brain Imaging Centre yang baru buka di Cambridge, di mana Adrian Owen kemudian bekerja.
Tahun 1997, empat bulan setelah didiagnosis sebagai vegetatif, Kate menjadi pasien pertama dalam keadaan vegetatif yang diteliti oleh kelompok Cambridge ini.
Hasilnya, yang diterbitkan tahun 1998, benar-benar tak terduga dan luar biasa.
Bukan saja Kate bereaksi pada wajah: respons otaknya pun tak bisa dibedakan dengan otak para sukarelawan penelitian yang sehat.
Pindaian otaknya memperlihatkan cipratan warna merah, yang menandai aktivitas otak di bagian belakang otaknya, di bagian yang bernama fusiform gyrus, yang membantunya mengenali wajah orang.
Kate menjadi pasien pertama yang pindaian otaknya yang canggih (dalam kasus ini menggunakan PET) mengungkapkan "kesadaran terselubung". Tentu saja, apakah responsnya itu merupakan refleks atau tanda kesadaran, pada saat itu, masih diperdebatkan.
Hasil ini sangat penting bagi sains tapi juga bagi Kate dan orang tuanya. "Adanya proses kognitif yang masih terjaga baik membasmi nihilisme yang biasanya menguasai pengelolaan terhadap pasien semacam itu pada umumnya, dan mendukung keputusan untuk terus mengobati Kate dengan agresif," kata Menon mengenang kejadian itu.
Kate akhirnya bangkit dari penderitaannya, enam bulan setelah diagnosis dikeluarkan.
"Mereka mengatakan saya tidak bisa merasakan sakit," kata Kate. "Mereka salah."
Kadang-kadang ia menjerit, tetapi perawat mengiranya hanya gerakan refleks. Kate merasa dilalaikan dan tak berdaya. Staf di rumah sakit tidak tahu seberapa menderitanya ia dalam perawatan mereka.
Kate merasa fisioterapi menakutkan: para perawat tidak pernah menjelaskan apa yang mereka lakukan kepadanya. Ia merasa takut ketika mereka membuang lendir dari paru-parunya.
"Saya tidak bisa menceritakan betapa menakutkannya, terutama ketika penyedot masuk ke mulut," kata Kate dalam tulisannya. Di satu saat, rasa sakit dan putus asanya menjadi begitu besar sehingga ia berusaha mengakhiri hidupnya dengan menahan napas.
"Saya tidak bisa menghentikan hidung saya untuk bernapas, usaha saya tidak berhasil. Tubuh saya tampaknya tidak ingin mati."
Kate mengatakan kesembuhannya tidak langsung seperti ketika kita menyalakan lampu, tetapi perlahan-lahan. Diperlukan waktu lima bulan sampai ia bisa tersenyum.
Namun saat itu ia sudah kehilangan pekerjaannya, indra penciuman dan indra perasanya, dan banyak hal lain yang seharusnya menjadi masa depannya.
Kini Kate tinggal lagi bersama orang tuanya. Ia masih sangat tak mampu bergerak dan memerlukan kursi roda.
Perlahan-lahan Kate mulai berbicara lagi dan, walaupun masih marah mengenai caranya diperlakukan ketika ia berada dalam keadaan paling rentan, ia tetap berterima kasih kepada mereka yang membantu benaknya untuk melarikan diri dari perangkap.
Di kampus di selatan Liege yang seperti hutan, Steven Laureys meneliti para pasien vegetatif dalam penelitian yang sudah berlangsung beberapa decade.
Bekerja di sana sebagai bagian dari Cyclotron Research Centre di tahun 1990-an, Laureys merasa terkejut ketika pindaian otak PET mengungkapkan bahwa pasien dapat memberi tanggapan ketika nama mereka disebut: suara yang mengandung arti memproduksi perubahan dalam aliran darah di korteks utama pendengaran.
Sementara itu, di sisi lain Atlantik, Nicholas Schiff menemukan bahwa dalam otak yang rusak parah masih ada bagian yang bekerja, gugusan sisa-sisa aktivitas saraf. Apakah artinya ini?

Mau main tenis? 
Pada saat itu, dokter mengira mereka sudah mengetahui jawabannya, bahwa tidak ada pasien dalam keadaan vegetatif terus menerus yang sadar.
Tidak peduli bahwa menatap gambar membuat bagian otak menyala, sanggah mereka: bahkan pada kera yang dibius pun itu bisa terjadi.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, otak yang kekurangan oksigen akibat serangan jantung atau stroke tidak mungkin bisa sembuh jika tidak sembuh dalam beberapa bulan pertama.
Para pasien ini mengalami nasib yang dianggap banyak orang lebih buruk dari kematian, yaitu secara fungsional mereka sudah tidak berotak tapi tidak mati.
Dokter, dengan niat baik mereka menganggap sudah bisa diterima untuk mengakhiri hidup pasien yang vegetatif dengan membuat mereka lapar atau dibiarkan tanpa air. Inilah masa yang disebut Laureys sebagai "nihilisme terapeutik".
Apa yang diusulkan Owen, Laureys dan Schiff adalah upaya untuk memikirkan kembali tentang pasien yang dianggap vegetatif.
Sejumlah di antaranya bisa dikelaskan sebagai sadar penuh dan terkunci (locked in). Pemikiran yang sudah mapan dengan tabah mereka lawan.
"Anda tak akan bisa membayangkan keadaan di penghujung tahun 1990-an," kata Schiff. "Permusuhan yang kami hadapi bukan sekadar skeptisisme saja."
Sambil mengingat masa lalu, Laureys berhenti berkata dan tersenyum tipis, "Para dokter medis tidak senang kalau dikatakan bahwa mereka salah."
Lalu datang tahun 2006. Owen dan Laureys sedang berusaha menemukan cara yang dapat diandalkan untuk berkomunikasi dengan pasien dalam keadaan vegetatif, termasuk Gillian (bukan nama sebenarnya).
Pada bulan Juli tahun 2005, Gillian berusia 23 tahun ini sedang menyeberang jalan sambil mengobrol di teleponnya. Ia dtabrak dua mobil.
Lima bulan kemudian, serangan stroke secara kebetulan malah membuka kotak yang mengurung Gillian.
Temuan kunci yang muncul dari studi sistematik Owen dimulai dengan Laurey di tahun 2005. Mereka meminta para sukarelawan yang sehat untuk membayangkan melakukan hal berbeda-beda, mulai dari menyanyi sampai membayangkan wajah ibu mereka. 
Lalu Owen mendapat ide lain. "Saya minta orang yang sehat membayangkan main tenis, lalu membayangkan berjalan keliling ruang di rumahnya."
Membayangkan bermain tenis menghidupakan bagian korteks, yang disebut daerah motorik tambahan, yang terlibat dalam simulasi mental atas gerakan.
Namun membayangkan berjalan keliling rumah mengaktifkan parahippocampal gyrus di bagian inti otak, di parietal lobe bagian belakang dan lateral premotor cortex.
Kedua pola aktivitas ini jelas perbedaannya seperti 'ya' dan 'tidak'. Jadi, jika orang-orang diminta main tenis itu artinya untuk menjawab "ya" dan keliling sekitar rumah untuk menjawab "tidak", dan mereka dapat menjawabnya melalui pemindaian FMRI.
Sambil menatap otak Gillian yang vegetatif menggunakan pemindai otak, Owen memintanya melakukan membayangkan hal yang sama dan ia melihat pola aktif yang sama seperti pada para sukarelawan yang sehat.
Itu merupakan momen luar biasa. Owen dapat membaca pikiran Gillian!
Kasus Gillian ini diterbitkan dalam jurnal Science tahun 2006, dan menjadi berita utama di sleuruh dunia.
Sejak itu studi yang dilakukan di Belgia, Inggris, Amerika Serikat dan Kanada menyatakan bahwa sejumlah besar pasien yang diklasifikasikan sebagai vegetatif dalam beberapa tahun ini telah mendapatkan diagnosis yang salah.
Owen memperkirakan bahwa mungkin kesalahan diagnosis mencapai sampai 20%.
Schiff, yang menilai kesalahan diagnosis dengan cara lain menyebutkan bahwa berdasarkan studi baru-baru ini, 40% pasien yang dianggap vegetatif ketika diperiksa lagi lebih dekat, ternyata sebagian sadar.

Cahaya masuk di kegelapan 
Dewasa ini sudah biasa untuk memikirkan masa trasisi antara hidup dan mati sebagai masalah "otak", alih-alih masalah "jantung".
Pasien yang berada dalam keadaan vegetatif terus menerus masih memiliki batang otak yang berfungsi dan dapat bernapas tanpa bantuan.
Mereka juga mungkin memiliki beberapa tingkat kesadaran dan memiliki sedikit harapan untuk sembuh.
Sebagai perbedaan, pemindaian PET terhadap seseorang yang otaknya sudah mati memperlihatkan kekosongan gelap dalam tengkorak kepala, sebuah landskap saraf yang gersang tanpa harapan untuk bangkit lagi; tubuh mereka pun tidak akan bisa bertahan tanpa bantuan artifisial.
Schiff percaya bahwa kombinasi peralatan, obat-obatan dan terapi sel, menjadi dasar untuk diagnosis dan pengobatan generasi baru, yang akan memberikan secercah cahaya pada ketidakjelasan antara sadar dan tidak sadar. "Saat ini kita belum mencapai titik itu," katanya menekankan.
Banyak dari pekerjaan dewasa ini mendemonstrasikan pentingnya pemindaian otak pada pasien, namun tentunya mereka akan memerlukan metode yang dapat diandalkan untuk semua pasien.
Pada akhirnya, Schiff percaya akan ada "pergeseran budaya".
Laureys berpikir mungkin kita harus mulai dengan bahasa yang kita pakai untuk menggambarkan para pasien ini.
Ia ingin menggantikan istilah "vegetatif" yang memiliki banyak muatan makna dengan istilah yang lebih netral "keterjagaan yang tidak responsif".

(Sumber: bbc.co.uk/indonesia)
 http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/05/

Sabtu, 06 Agustus 2016

Diet Diabetes



Diabetes

Menderita penyakit ini memang sangat menyiksa, karena dengan terkenanya penyakit ini kita sangat dibatasi dalam kegiatan sehari – hari, hingga dalam mengkonsumsi makanan pun kita sangat dibatasi. Memang benar penyakit ini bisa menjadi penyakit turunan, tapi penyakit diabetes juga dapat disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat yang banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar gula tinggi / kita tidak bisa mengontrol makanan yang kita konsumsi, kita jarang melakukan olahraga, dan kehidupan sehari – hari lainnya yang dapat menyebabkan orang terkena penyakit diabetes. Tapi jangan khawatir untuk anda penderita diabetes, karena kami punya solusi yang paling tepat untuk anda. Dengan mengkonsumsi obat herbal Jelly Gamat Gold – G, Penyakit diabetes yang anda derita akan hilang. Berikut kami akan sedikit menjelaskan mengenai penyakit diabetes :

Diabetes Itu Adalah …

 Cara Mengobati Diabetes Secara Alami
Cara Mengobati Diabetes Secara Alami ~ Diabetes merupakan penyakit yang terjadi akibat gangguang sistem endokrin yang menyebabkan tingkat glukosa / gula dalam tubuh kita menjadi tidak normal (berlebih). Semua itu terjadi karena jumlah insulin didalam darah tidak mencukupi ataupun sel – sel tubuh tidak memberikan respon terhadapinisulin, sehingga gula tidak dapat masuk kedalam sel – sel tubuh manusia dan tidak bisa digunakan oleh tubuh manusia untuk bekerja secara normal. Diabetes type ini disebut diabetes melitus atau sering disebut kencing manis.
Diabetes melitus adalah penyakit yang disebabkan oleh :
  • Tubuh tidak mampu menggunakan insulin yang telah dihasilkn oleh pankreas, atau
  • Organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin dalam jumlah yang cukup untuk membantu gula masuk kedalam sel – sel darah, ataupun
  • Kedua hal tersebut terjadi didalam tubuh kita sehingga kita terkena penyakit diabetes melitus

Faktor – faktor yang dapat menyebabkan seseorang menderita diabetes :

  • Faktor keturunan
  • Obesitas / kegemukan yang biasanya terjadi pada usia 40 tahunan
  • Terjadi kerusakan pada sistem pankreas
  • Tingkat / kadar kolesterol yang tinggi
  • Gaya hidup yang tidak sehat yang kebanyakan mengkonsumsi makanan instant / junk food
  • Tekanan darah yang tinggi
  • Sering merokok dan stress
  • Terlalu banyak mengkonsumsi karbohidrat
Cara Mengobati Diabetes Secara Alami ~ Penderita diabetes biasanya sering terlihat lemah, lemas dan tidak bertenaga, semua itu karena tubuh kekurangan energi yang disewbabkan oleg terganggunya sistem metabolisme karbohidrat.

Berikut gejala umum yang dirasakan oleh penderita diabetes :

  • Mudah lapar dan menjadi banyak makan
  • Gampang haus dan banyak minum
  • Banyak buang air kecil terutama pada malam hari
  • Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak
  • Penglihatanh menjadi kabur
  • Sering pusing dan mual
  • Mudah terkena infeksi pada kulit
  • Mudah mengantuk dan mudah lelah
  • Berat badan menurun terus menerus
  • Jika tergores oleh sesuatu benda yang menyebabkan luka, maka luka itu sangat susah untuk sembuh bahkan bisa menjadi lebih besar
  • Sering merasa kesemutan dan gatal – gatal pada daerah kaki dan tangan
  • Kordinasi gerak anggota tubuh terganggu
Cara Mengobati Diabetes Secara Alami ~ Gejala – gejala tersebut terjadi karena kadar gula darah yang tinggi sehingga menyebabkan ginjal menghasilkan air kemih dengan jumlah yang berlebihan yang bertujuan untuk mengencerkan glukosa / gula sehingga penderita menjadi sering buang air kecil. Dan karena itu penderita jadi banyak minum karena proses tersebut yang menyebabkan rasa haus yang tak terkendali oleh penderita. Akibat proses tersebut pulalah kalori dalam tubuh penderita menjadi berkurang sehingga menyebabkan penurunan pada berat badan penderita dan menyebabkan nafsu makan yang meningkat. Oleh sebab itu untuk para penderita diabetes disarankan untuk bisa mengatur pola makan dan banyak melakukan olahraga, semua itu untuk mempertahankan kadar gula yang normal pada darah.

Makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes adalah :
  • Apel , aprikot dan pir
  • Ikan makarel, sarden dan salmon
  • Labu dan biji rami
  • Sayuran dan bauh – buahan
  • Oat
  • Roti gandum dan ubi jalar
  • Beras merah
Makan tersebut dianjurkan karena dianggap dapat memberikan asupan zat yang sangat dibutuhkan penderita diabetes, tanpa membahayakan kesehatan. Selain jenis makanan, penderita diabetes juga harus memperhatikan porsi makanan dan pola/ jadwal makannya. Dengan memperhatikan ketiga hal tersebut, kemungkinan meningkatnya kadar gula dalam darah dapat diminimalisir.

Pantangan – pantangan makanan untuk penderita diabetes :
 Cara Mengobati Diabetes Secara Alami
  • Nasi putih
  • Kentang
  • Pasta putih
  • Saus tomat
  • Roti
  • Pemanis buatan
  • Minuman berenergi
  • Makanan atau minuman yang mengandung kafein
  • Nangka dan durian
  • Makanan yang banyak mengandung gula
Pola hidup sehat sangat penting untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan energi tubuh. Sehingga terhindar dari penyakit ini. Demikian artikel tentang Diabetes.

Sejarah The Lady with The Lamp

Florence Nightingale, lahir di Florence, Italia, 12 Mei 1820 – meninggal di London, Inggris, 13 Agustus 1910 pada umur 90 tahun adalah pelopor perawat modern, penulis dan ahli statistik. Ia dikenal dengan nama Bidadari Berlampu (bahasa Inggris The Lady With The Lamp) atas jasanya yang tanpa kenal takut mengumpulkan korban perang pada perang Krimea, di semenanjung Krimea, Rusia.
Florence Nightingale menghidupkan kembali konsep penjagaan kebersihan rumah sakit dan kiat-kiat juru rawat. Ia memberikan penekanan kepada pemerhatian teliti terhadap keperluan pasien dan penyusunan laporan mendetil menggunakan statistik sebagai argumentasi perubahan ke arah yang lebih baik pada bidang keperawatan di hadapan pemerintahan Inggris.


Masa kecil

Florence Nightingale lahir di Firenze, Italia pada tanggal 12 Mei 1820 dan dibesarkan dalam keluarga yang berada. Namanya diambil dari kota tempat ia dilahirkan. Nama depannya, Florence merujuk kepada kota kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia atau Florence dalam bahasa Inggris.
Semasa kecilnya ia tinggal di Lea Hurst, sebuah rumah besar dan mewah milik ayahnya, William Nightingale yang merupakan seorang tuan tanah kaya di Derbyshire, London, Inggris. Sementara ibunya adalah keturunan ningrat dan keluarga Nightingale adalah keluarga terpandang. Florence Nightingale memiliki seorang saudara perempuan bernama Parthenope.
Pada masa remaja mulai terlihat perilaku mereka yang kontras dan Parthenope hidup sesuai dengan martabatnya sebagai putri seorang tuan tanah. Pada masa itu wanita ningrat, kaya, dan berpendidikan aktivitasnya cenderung bersenang-senang saja dan malas, sementara Florence lebih banyak keluar rumah dan membantu warga sekitar yang membutuhkan.

Perjalanan ke Jerman

Pada tahun 1846 ia mengunjungi Kaiserswerth, Jerman, dan mengenal lebih jauh tentang rumah sakit modern pionir yang dipelopori oleh Pendeta Theodor Fliedner dan istrinya dan dikelola oleh biarawati Lutheran (Katolik).
Di sana Florence Nightingale terpesona akan komitmen dan kepedulian yang dipraktikkan oleh para biarawati kepada pasien.
Ia jatuh cinta pada pekerjaan sosial keperawatan, serta pulang ke Inggris dengan membawa angan-angan tersebut.

Belajar merawat

Florence Nightingale sewaktu masih muda.
Pada usia dewasa Florence yang lebih cantik dari kakaknya, dan sebagai seorang putri tuan tanah yang kaya, mendapat banyak lamaran untuk menikah. Namun semua itu ia tolak, karena Florence merasa "terpanggil" untuk mengurus hal-hal yang berkaitan dengan kemanusiaan.
Pada tahun 1851, kala menginjak usia 31 tahun, ia dilamar oleh Richard Monckton Milnes seorang penyair dan seorang ningrat (Baron of Houghton), lamaran inipun ia tolak karena pada tahun itu ia sudah membulatkan tekad untuk mengabdikan dirinya pada dunia keperawatan.

Ditentang oleh keluarga

Keinginan ini ditentang keras oleh ibunya dan kakaknya. Hal ini dikarenakan pada masa itu di Inggris, perawat adalah pekerjaan hina dan sebuah rumah sakit adalah tempat yang jorok. Banyak orang memanggil dokter untuk datang ke rumah dan dirawat di rumah.
Perawat pada masa itu hina karena:
  • Perawat disamakan dengan wanita tuna susila atau "buntut" (keluarga tentara yang miskin) yang mengikuti kemana tentara pergi.
  • Profesi perawat banyak berhadapan langsung dengan tubuh dalam keadaan terbuka, sehingga dianggap profesi ini bukan profesi sopan wanita baik-baik dan banyak pasien memperlakukan wanita tidak berpendidikan yang berada di rumah sakit dengan tidak senonoh
  • Perawat di Inggris pada masa itu lebih banyak laki-laki daripada perempuan karena alasan-alasan tersebut di atas.
  • Perawat masa itu lebih sering berfungsi sebagai tukang masak.
Argumentasi Florence bahwa di Jerman perawatan bisa dilakukan dengan baik tanpa merendahkan profesi perawat patah, karena saat itu di Jerman perawat juga biarawati Katolik yang sudah disumpah untuk tidak menikah dan hal ini juga secara langsung melindungi mereka dari perlakuan yang tidak hormat dari pasiennya.
Walaupun ayahnya setuju bila Florence membaktikan diri untuk kemanusiaan, namun ia tidak setuju bila Florence menjadi perawat di rumah sakit. Ia tidak dapat membayangkan anaknya bekerja di tempat yang menjijikkan. Ia menganjurkan agar Florence pergi berjalan-jalan keluar negeri untuk menenangkan pikiran.
Tetapi Florence berkeras dan tetap pergi ke Kaiserswerth, Jerman untuk mendapatkan pelatihan bersama biarawati di sana. Selama empat bulan ia belajar di Kaiserwerth, Jerman di bawah tekanan dari keluarganya yang takut akan implikasi sosial yang timbul dari seorang gadis yang menjadi perawat dan latar belakang rumah sakit yang Katolik sementara keluarga Florence adalah Kristen Protestan.
Selain di Jerman, Florence Nightingale juga pernah bekerja di rumah sakit untuk orang miskin di Perancis.

Kembali ke Inggris

Pada tanggal 12 Agustus 1853, Nightingale kembali ke London dan mendapat pekerjaan sebagai pengawas bagian keperawatan di Institute for the Care of Sick Gentlewomen, sebuah rumah sakit kecil yang terletak di Upper Harley Street, London, posisi yang ia tekuni hingga bulan Oktober 1854. Ayahnya memberinya ₤500 per tahun (setara dengan ₤ 25,000 atau Rp. 425 juta pada masa sekarang), sehingga Florence dapat hidup dengan nyaman dan meniti kariernya.
Di sini ia beragumentasi sengit dengan Komite Rumah Sakit karena mereka menolak pasien yang beragama Katolik. Florence mengancam akan mengundurkan diri, kecuali bila komite ini mengubah peraturan tersebut dan memberinya izin tertulis bahwa;
Komite Rumah Sakit pun mengubah peraturan tersebut sesuai permintaan Florence.

Perang Krimea

Pada 1854 berkobarlah peperangan di Semenanjung Krimea. Tentara Inggris bersama tentara Perancis berhadapan dengan tentara Rusia. Banyak prajurit yang gugur dalam pertempuran, namun yang lebih menyedihkan lagi adalah tidak adanya perawatan untuk para prajurit yang sakit dan luka-luka.
Keadaan memuncak ketika seorang wartawan bernama William Russel pergi ke Krimea. Dalam tulisannya untuk harian TIME ia menuliskan bagaimana prajurit-prajurit yang luka, tidak ada perawat sama sekali  dan bertanya, "Apakah Inggris tidak memiliki wanita yang mau mengabdikan dirinya dalam melakukan pekerjaan kemanusiaan yang mulia ini?".
Hati rakyat Inggris tergugah oleh tulisan tersebut. Florence merasa masanya telah tiba, ia pun menulis surat kepada menteri penerangan saat itu, Sidney Herbert, untuk menjadi sukarelawan.
Pada pertemuan dengan Sidney Herbert terungkap bahwa Florence adalah satu-satunya wanita yang mendaftarkan diri. Di Krimea prajurit-prajurit banyak yang mati bukan karena peluru dan bom, namun karena tidak adanya perawatan, dan perawat pria jumlahnya tidak memadai. Ia meminta Florence untuk memimpin gadis-gadis sukarelawan dan Florence menyanggupi.
Pada tanggal 21 Oktober 1854 bersama 38 gadis sukarelawan yang dilatih oleh Nightingale dan termasuk bibinya Mai Smith, berangkat ke Turki menumpang sebuah kapal.
Gedung Barak Rumah Sakit di Scutari sekarang
Pada tanggal November 1854 mereka mendarat di sebuah rumah sakit pinggir pantai di Scutari. Saat tiba di sana kenyataan yang mereka hadapi lebih mengerikan dari apa yang mereka bayangkan.
Beberapa gadis sukarelawan terguncang jiwanya dan tidak dapat langsung bekerja karena cemas, semua ruangan penuh sesak dengan prajurit-prajurit yang terluka, dan beratus-ratus prajurit bergelimpangan di halaman luar tanpa tempat berteduh dan tanpa ada yang merawat.
Dokter-dokter bekerja cepat pada saat pembedahan, mereka memotong tangan, kaki, dan mengamputasi apa saja yang membahayakan hidup pemilik, potongan-potongan tubuh tersebut ditumpuk begitu saja di luar jendela dan tidak ada tenaga untuk membuangnya jauh-jauh ke tempat lain. Bekas tangan dan kaki yang berlumuran darah menggunung menjadi satu dan mengeluarkan bau tak sedap.
Florence diajak mengelilingi neraka tersebut oleh Mayor Prince, dokter kepala rumah sakit tersebut dan menyanggupi untuk membantu.
Florence melakukan perubahan-perubahan penting. Ia mengatur tempat-tempat tidur para penderita di dalam rumah sakit, dan menyusun tempat para penderita yang bergelimpangan di luar rumah sakit. Ia mengusahakan agar penderita yang berada di luar paling tidak bernaung di bawah pohon dan menugaskan pendirian tenda.
Ilustrasi Rumah Sakit di Scutari
Penjagaan dilakukan secara teliti, perawatan dilakukan dengan cermat;
  • Perban diganti secara berkala.
  • Obat diberikan pada waktunya.
  • Lantai rumah sakit dipel setiap hari.
  • Meja kursi dibersihkan.
  • Baju-baju kotor dicuci dengan mengerahkan tenaga bantuan dari penduduk setempat.
Akhirnya gunungan potongan tubuh, daging, dan tulang-belulang manusiapun selesai dibersihkan, mereka dibuang jauh-jauh atau ditanam.
Dalam waktu sebulan rumah sakit sudah berubah sama sekali, walaupun baunya belum hilang seluruhnya namun jerit dan rintihan prajurit yang luka sudah jauh berkurang. Para perawat sukarelawan bekerja tanpa kenal lelah hilir-mudik di bawah pengawasan Florence Nightingale.
Ia juga menangani perawat-perawat lain dengan tangan besi, bahkan mengunci mereka dari luar pada malam hari. Ini dilakukan untuk membuktikan pada orang tua mereka di tingkat ekonomi menengah, bahwa dengan disiplin yang keras dan di bawah kepemimpinan kuat seorang wanita, anak-anak mereka bisa dilindungi dari kemungkinan serangan seksual.
Ketakutan akan hal inilah yang membuat ibu-ibu di Inggris menentang anak perempuan mereka menjadi perawat, dan menyebabkan rumah sakit di Inggris ketinggalan dibandingkan di benua Eropa lainnya di mana profesi keperawatan dilakukan oleh biarawati dan biarawati-biarawati ini berada di bawah pengawasan Biarawati Kepala.
Pada malam hari saat perawat lain beristirahat dan memulihkan diri, Florence menuliskan pengalamannya dan cita-citanya tentang dunia keperawatan, dan obat-obatan yang ia ketahui.
Namun, kerja keras Florence membersihkan rumah sakit tidak berpengaruh banyak pada jumlah kematian prajurit, malah sebaliknya, angka kematian malah meningkat menjadi yang terbanyak dibandingkan rumah sakit lainnya di daerah tersebut. Pada masa musim dingin pertama Florence berada di sana sejumlah 4077 prajurit meninggal dirumah sakit tersebut. Sebanyak 10 kali lipat prajurit malah meninggal karena penyakit seperti; tipus, tifoid, kolera, dan disentri dibandingkan dengan kematian akibat luka-luka saat perang. Kondisi di rumah sakit tersebut menjadi sangat fatal karena jumlah pasien melimpah lebih banyak dari yang mungkin bisa ditampung, hal ini menyebabkan sistem pembuangan limbah dan ventilasi udara memburuk.
Pada bulan bulan Maret 1855, hampir enam bulan setelah Florence Nightingale datang, komisi kebersihan Inggris datang dan memperbaiki sistem pembuangan limbah dan sirkulasi udara, sejak saat itu tingkat kematian menurun drastis.
Namun Florence tetap percaya saat itu bahwa tingkat kematian disebabkan oleh nutrisi yang kurang dari suplai makanan dan beratnya beban pekerjaan tentara. Pemikiran ini baru berubah saat Florence kembali ke Inggris dan mengumpulkan bukti dihadapan Komisi Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris (Royal Commission on the Health of the Army), akhirnya ia diyakinkan bahwa saat itu para prajurit di rumah sakit meninggal akibat kondisi rumah sakit yang kotor dan memprihatinkan.
Hal ini berpengaruh pada kariernya di kemudian hari di mana ia gigih mengkampanyekan kebersihan lingkungan sebagai hal yang utama. Kampanye ini berhasil dinilai dari turunnya angka kematian prajurit pada saat damai (tidak sedang berperang) dan menunjukkan betapa pentingnya disain sistem pembuangan limbah dan ventilasi udara sebuah rumah sakit.

Bidadari berlampu

Pada suatu kali, saat pertempuran dahsyat di luar kota telah berlalu, seorang bintara datang dan melapor pada Florence bahwa dari kedua belah pihak korban yang berjatuhan banyak sekali.
Florence menanti rombongan pertama, namun ternyata jumlahnya sedikit, ia bertanya pada bintara tersebut apa yang terjadi dengan korban lainnya. Bintara tersebut mengatakan bahwa korban selanjutnya harus menunggu sampai besok karena sudah terlanjur gelap.
Florence memaksa bintara tersebut untuk mengantarnya ke bekas medan pertempuran untuk mengumpulkan korban yang masih bisa diselamatkan karena bila mereka menunggu hingga esok hari korban-korban tersebut bisa mati kehabisan darah.
Saat bintara tersebut terlihat enggan, Florence mengancam akan melaporkannya kepada Mayor Prince.
Berangkatlah mereka berenam ke bekas medan pertempuran, semuanya pria, hanya Florence satu-satunya wanita. Florence dengan berbekal lentera membalik dan memeriksa tubuh-tubuh yang bergelimpangan, membawa siapa saja yang masih hidup dan masih bisa diselamatkan, termasuk prajurit Rusia.
Malam itu mereka kembali dengan membawa lima belas prajurit, dua belas prajurit Inggris dan tiga prajurit Rusia.
Semenjak saat itu setiap terjadi pertempuran, pada malam harinya Florence berkeliling dengan lampu untuk mencari prajurit-prajurit yang masih hidup dan mulailah ia terkenal sebagai bidadari berlampu yang menolong di gelap gulita. Banyak nyawa tertolong yang seharusnya sudah meninggal.
Selama perang Krimea, Florence Nightingale mendapatkan nama "Bidadari Berlampu". Pada tahun 1857 Henry Longfellow, seorang penyair AS, menulis puisi tentang Florence Nightingale berjudul "Santa Filomena", yang melukiskan bagaimana ia menjaga prajurit-prajurit di rumah sakit tentara pada malam hari, sendirian, dengan membawa lampu.

Pulang ke Inggris

Florence Nightingale kembali ke Inggris sebagai pahlawan pada tanggal 7 Agustus 1857, semua orang tahu siapa Florence Nightingale dan apa yang ia lakukan ketika ia berada di medan pertempuran Krimea, dan menurut BBC, ia merupakan salah satu tokoh yang paling terkenal setelah Ratu Victoria sendiri. Nightingale pindah dari rumah keluarganya di Middle Claydon, Buckinghamshire, ke Burlington Hotel di Piccadilly. Namun, ia terkena demam, yang disebabkan oleh Bruselosis (demam Krimea) yang menyerangnya selama perang Krimea. Dia memalangi ibu dan saudara perempuannya dari kamarnya dan jarang meninggalkannya.
Sebagai respon pada sebuah undangan dari Ratu Victoria - dan meskipun terdapat keterbatasan kurungan pada ruangannya - Nightingale memainkan peran utama dalam pendirian Komisi Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris, dengan Sidney Herbert menjadi ketua. Sebagai wanita, Nightingale tidak dapat ditunjuk untuk Komisi Kerajaan, tetapi ia menulis laporan 1.000 halaman lebih yang termasuk laporan statistik mendetail, dan ia merupakan alat implementasi rekomendasinya. Laporan Komisi Kerajaan membuat adanya pemeriksaan tentara militer, dan didirikannya Sekolah Medis Angkatan Bersenjata dan sistem rekam medik angkatan bersenjata.


Karier selanjutnya

Ketika ia masih di Turki, pada tanggal 29 November 1855, publik bertemu untuk memberikan pengakuan pada Florence Nightingale untuk hasil kerjanya pada perang yang membuat didirikannya Dana Nightingale untuk pelatihan perawat. Sidney Herbert menjadi sekretaris honorari dana, dan Adipati Cambridge menjadi ketua. Sekembalinya Florence ke London, ia diundang oleh tokoh-tokoh masyarakat. Mereka mendirikan sebuah badan bernama "Dana Nightingale", di mana Sidney Herbert menjadi Sekertaris Kehormatan dan Adipati Cambridge menjadi Ketuanya. Badan tersebut berhasil mengumpulkan dana yang besar sekali sejumlah ₤ 45.000 sebagai rasa terima kasih orang-orang Inggris karena Florence Nightingale berhasil menyelamatkan banyak jiwa dari kematian.
Florence menggunakan uang itu untuk membangun sebuah sekolah perawat khusus untuk wanita yang pertama, saat itu bahkan perawat-perawat pria pun jarang ada yang berpendidikan.
Florence berargumen bahwa dengan adanya sekolah perawat, maka profesi perawat akan menjadi lebih dihargai, ibu-ibu dari keluarga baik-baik akan mengizinkan anak-anak perempuannya untuk bersekolah di sana dan masyarakat akan lain sikapnya menghadapi seseorang yang terdidik.
Sekolah tersebut pun didirikan di lingkungan rumah sakit St. Thomas Hospital, London. Dunia kesehatan pun menyambut baik pembukaan sekolah perawat tersebut. Saat dibuka pada tanggal 9 Juli 1860 berpuluh-puluh gadis dari kalangan baik-baik mendaftarkan diri. 
Perjuangan Florence di Semenanjung Krimea telah menghilangkan gambaran lama tentang perempuan perawat. Dengan didirikannya sekolah perawat tersebut telah diletakkan dasar baru tentang perawat terdidik dan dimulailah masa baru dalam dunia perawatan orang sakit. Kini sekolah tersebut dinamakan Sekolah Perawat dan Kebidanan Florence Nightingale (Florence Nightingale School of Nursing and Midwifery) dan merupakan bagian dari Akademi King College London.
Sebagai pimpinan sekolah Florence mengatur sekolah itu dengan sebaik mungkin. Tulisannya mengenai dunia keperawatan dan cara mengaturnya dijadikan bahan pelajaran di sekolah tersebut.
Saat tiba waktunya anak-anak didik pertama Florence menamatkan sekolahnya, berpuluh-puluh tenaga pemudi habis diambil oleh rumah sakit sekitar, padahal rumah sakit yang lain banyak meminta bagian.
Perawat lulusan sekolah Florence pertama kali bekerja pada Rumah Sakit Liverpool Workhouse Infirmary. Ia juga berkampanye dan menggalang dana untuk rumah sakit Royal Buckinghamshire di Aylesbury dekat rumah tinggal keluarganya.
Dengan perawat-perawat terdidik, era baru perawatan secara modernpun diterapkan ditempat-tempat tersebut.
Dunia menjadi tergugah dan ingin meniru. Mereka mengirimkan gadis-gadis berbakat untuk dididik di sekolah tersebut dan sesudah tamat mereka diharuskan mendirikan sekolah serupa di negerinya masing-masing.
Pada tahun 1882, perawat-perawat yang lulus dari sekolah Florence telah tumbuh dan mengembangkan pengaruh mereka pada awal-awal pengembangan profesi keperawatan. Beberapa dari mereka telah diangkat menjadi perawat senior (matron), termasuk di rumah sakit-rumah sakit London seperti St. Mary's Hospital, Westminster Hospital, St Marylebone Workhouse Infirmary dan the Hospital for Incurables (Putney); dan diseluruh Inggris, seperti: Royal Victoria Hospital, Netley; Edinburgh Royal Infirmary; Cumberland Infirmary; Liverpool Royal Infirmary dan juga di Sydney Hospital, di New South Wales, Australia.
Orang sakit menjadi pihak yang paling beruntung di sini, disamping mereka mendapatkan perawatan yang baik dan memuaskan, angka kematian dapat ditekan serendah mungkin. Buku dan buah pikiran Florence Nightingale menjadi sangat bermanfaat dalam hal ini.
Pada tahun 1860, Florence menulis buku Catatan tentang Keperawatan (Notes on Nursing) buku setebal 136 halaman ini menjadi buku acuan pada kurikulum di sekolah Florence dan sekolah keperawatan lainnya. Buku ini juga menjadi populer di kalangan orang awam dan terjual jutaan eksemplar di seluruh dunia.
Pada tahun 1861 cetakan lanjutan buku ini terbit dengan tambahan bagian tentang perawatan bayi.
Pada tahun 1869, Nightingale dan Elizabeth Blackwell mendirikan Universitas Medis Wanita.
Pada tahun 1870-an, Linda Richards, "perawat terlatih pertama Amerika", berkonsultasi dengan Florence Nightingale di Inggris, dan membuat Linda kembali ke Amerika Serikat dengan pelatihan dan pengetahuan memadai untuk mendirikan sekolah perawat. Linda Richards menjadi pelopor perawat di Amerika Serikat dan Jepang.
Pada tahun 1883, Florence dianugerahkan medali Palang Merah Kerajaan (The Royal Red Cross) oleh Ratu Victoria.
Pada tahun 1907 pada umurnya yang ke 87 tahun Raja Inggris, di hadapan beratus-ratus undangan menganugerahkan Florence Nightingale dengan bintang jasa The Order Of Merit dan Florence Nightingale menjadi wanita pertama yang menerima bintang tanda jasa ini.
Pada tahun 1908 ia dianugerahkan Honorary Freedom of the City dari kota London.
Nightingale adalah seorang anggota Gereja Anglikan Inggris. Pada tanggal 7 Februari 1837 – tidak lama sebelum ulang tahunnya ke-17 – sesuatu terjadi yang akan mengubah hidupnya: ia menulis, "Tuhan berbicara padaku dan memanggilku untuk melayani-Nya."

Meninggal dunia

Florence Nightingale meninggal dunia di usia 90 tahun pada tanggal 13 Agustus 1910. Keluarganya menolak untuk memakamkannya di Westminster Abbey, dan ia dimakamkan di Gereja St. Margaret yang terletak di East Wellow, Hampshire, Inggris. 

Demikian sejarah Florence Nightingale pelopor terbentuknya dunia keperawatan dengan kualitas terbaik hingga saat ini. Pengorbanannya semoga dapat menjadi inspirasi kita. Bangga Jadi Perawat..